Kanal atau terusan merupakan saluran air yang dibuat oleh manusia untuk berbagai keperluan. Umumnya kanal merupakan bagian dari aliran sungai dengan pelebaran atau pendalaman pada bagian tertentu. Kanal tertua, sekitar 4000 SM, dibuat untuk tujuan irigasi di Mesopotamia. Dalam perkembangan selanjutnya, kanal dapat difungsikan sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir serta dapat berguna untuk jalur transportasi/perdagangan.
Banjir kanal Jakarta merupakan salah satu contoh kanal untuk pengendalian banjir di Indonesia. Konsep dasarnya adalah mengendalikan aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta. Sistemnya dibuat agar aliran sungai Ciliwung melintas di luar kota Jakarta (Batavia). Banjir kanal merupakan gagasan Prof H van Breen dari Burgelijke Openbare Werken, cikal bakal Departemen Pekerjaan Umum, pada tahun 1920. Pembuatannya dilakukan setelah banjir besar yang melanda Jakarta dua tahun sebelumnya. Pengendalian banjir di Jakarta bertumpu pada dua terusan, banjir kanal barat dan banjir kanal timur, yang melingkari sebagian besar wilayah kota.
Dalam skala yang lebih besar, kanal dibuat dengan memperpanjang saluran alam (sungai) yang ada. Kanal didesain agar dapat dilintasi oleh boat atau kapal perdagangan yang berguna untuk menghemat jarak tempuh pelayaran. Beberapa contoh kanal tersebut antara lain :
1. Terusan kiel
1. Terusan kiel
(North Ostsee Kanal) berada di negara bagian Schleswig – Holstein (Jerman), menghubungkan laut utara di sisi barat dengan laut baltik di sisi timur, sepanjang 98 km. Kanal dibuka pada tahun 1895, dengan nama Kaiser-Wilhelm-Kanal, dan berubah nama menjadi North Ostsee Kanal pada tahun 1948. Terusan ini merupakan jalur transportasi strategis bagi negara – negara di tepi laut baltik dengan inggris dan negara – negara eropa bagian utara. Rata-rata 118 kapal per hari melintasi kanal ini pada tahun 2007.
2.Terusan Panama
memiliki panjang 82 km. Proyek pembuatan kanal dilakukan oleh Amerika Serikat pada awal 1900an dan dibuka pada tahun 1914. Kanal ini menghubungkan Teluk Panama yang merupakan bagian dari Samudra Pasifik di bagian selatan dengan Laut Karibia yang merupakan bagian dari Samudra Atlantik di bagian utara. Terusan ini memperpendek waktu tempuh kapal laut karena tidak perlu memutar lewat ujung selatan Amerika Selatan.
3.Terusan Suez
merupakan jalur transportasi yang menghubungkan eropa dan negara-negara timur tengah (Asia-Afrika) tanpa mengelilingi Afrika. Panjang kanal adalah 192 km, memanjang arah utara – selatan. Terusan ini menghubungkan laut mediterania (negara – negara eropa selatan) dan laut merah (negara-negara timur tengah). Kanal ini merupakan bagian dari sejarah perang Arab – Israel pada tahun 1967 and 1973. Terusan Suez dibuka tahun 1870 dan dibangun atas prakarsa insinyur Prancis yang bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps..
foto: www.welt-atlas.de,priory.lancs.ac.uk
Banjir Kanal Jakarta
adalah kanal yang dibuat agar aliran sungai Ciliwung melintas di luar Batavia, tidak di tengah kota Batavia. Banjir kanal ini merupakan gagasan Prof H van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau disingkat BOW, cikal bakal Departemen PU, yang dirilis tahun 1920. Studi ini dilakukan setelah banjir besar melanda Jakarta dua tahun sebelumnya. Inti konsep ini adalah pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta. Termasuk juga disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.
Antara tahun 1919 dan 1920, gagasan pembuatan Banjir Kanal dari Manggarai di kawasan selatan Batavia sampai ke Muara Angke di pantai utara sudah dilaksanakan. Sebagai pengatur aliran air, dibangun pula Pintu Air Manggarai dan Pintu Air Karet.
Banjir Kanal Barat dan Timur
Dengan bantuan Netherlands Engineering Consultants, tersusunlah "Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta" pada Desember 1973. Berdasarkan rencana induk ini, seperti yang ditulis Soehoed dalam Membenahi Tata Air Jabotabek, pengendalian banjir di Jakarta akan bertumpu pada dua terusan yang melingkari sebagian besar wilayah kota.
Terusan itu akan menampung semua arus air dari selatan dan dibuang ke laut melalui bagian- bagian hilir kota. Kelak, terusan itu akan dikenal dengan nama Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur. Ini adalah salah satu upaya pengendalian banjir Jakarta di samping pembuatan waduk dan penempatan pompa pada daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut.
Di dalam rencana induk itu dirancang sistem pengendalian dengan membuat kanal yang memotong aliran sungai atau saluran di wilayah Jakarta Barat. Kanal ini adalah perluasan terusan banjir peninggalan Van Breen, yang kemudian beken disebut sebagai Banjir Kanal Barat (BKB). Tetapi, karena sebagian besar alur kanal ini melintasi daerah permukiman padat, untuk pembebasan tanahnya dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang panjang. Akibatnya, pembuatan perluasan BKB tersebut pun tertunda.
Setelah terjadi banjir di wilayah Jakarta Barat pada Januari 1979, pemerintah pusat bersama Pemerintah Daerah DKI Jakarta mencari jalan pemecahan untuk mengurangi potensi terjadinya genangan pada masa yang akan datang. Rencana perluasan BKB pun diganti dengan pembuatan jaringan pengendali banjir lainnya, yakni jaringan kanal dan drainase yang dinamakan Sistem Drainase Cengkareng. Saluran banjir Cengkareng selesai dibuat pada tahun 1983.
Banjir Kanal Barat
Pembangunan saluran banjir Banjir Kanal Barat, atau juga sering disebut Kali Malang (Barat)ini dimulai tahun 1922, dengan bagian hulu berawal dari daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya ke arah Tanah Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di sebuah reservoar di muara, di daerah Pluit.
Banjir Kanal Timur
Untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta bagian timur dibangun Banjir Kanal Timur (BKT). Sama seperti BKB, BKT mengacu pada rencana induk yang kemudian dilengkapi "The Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta" tahun 1991, serta "The Study on Comprehensive River Water Management Plan in Jabotabek" pada Maret 1997. Keduanya dibuat oleh Japan International Cooperation Agency.
Selain berfungsi mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta bagian timur, BKT juga dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air.
BKT direncanakan untuk menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Daerah tangkapan air (catchment area) mencakup luas lebih kurang 207 kilometer persegi atau sekitar 20.700 hektare. Rencana pembangunan BKT tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2010 Provinsi DKI Jakarta.
BKT akan melintasi 13 kelurahan (2 kelurahan di Jakarta Utara dan 11 kelurahan di Jakarta Timur) dengan panjang 23,5 kilometer. Total biaya pembangunannya Rp 4,9 triliun, terdiri dari biaya pembebasan tanah Rp 2,4 triliun (diambil dari APBD DKI Jakarta) dan biaya konstruksi Rp 2,5 triliun dari dana APBN Departemen Pekerjaan Umum.
Untuk pembuatan BKT, perlu pembebasan lahan seluas 405,28 hektare yang terdiri dari 147,9 hektare di Jakarta Utara dan 257,3 hektare di Jakarta Timur. Sampai dengan September 2006, lahan yang telah dibebaskan 111,19 hektare dengan biaya sekitar Rp 700 miliar. Untuk tahun 2007, direncanakan pembebasan 267,36 hektare dengan biaya Rp 1,2 triliun.
Dalam kenyataannya, pembuatan kanal yang sudah direncanakan lebih dari 30 tahun lalu itu menghadapi pembebasan tanah yang berjalan alot. Pembangunannya menjadi lambat. Rencana tersebut tidak kunjung selesai direalisasikan, dan banjir seperti yang kini dirasakan warga Jakarta menjadi kenyataan setiap tahun.
kanal di kawasan perkotaan padat penduduk
kanal di kawasan pedesaan